“Yah, jatuh!” komentar mulut saat kebiasaan nyemil sambil mengendarai motor berlangsung sebuah kacang mede luput masuk dan meluncur ke jalanan. Mengingat kacang Mede yang harganya lumayan nih, muncul rasa sayang. Padahal yang jatuh hanya satu dibandingkan hampir sebungkus yang udah masuk perut—syukurmu dimana, sodara?—tapi dari sini jadi diingatkan dengan rezeki, bahkan sebutir Mede kalau bukan rezeki ya tidak akan masuk ke dalam perut.
Satu lagi peristiwa soal rezeki. Saat suami mengirim pesan kalau ada kurir yang bilang paket bukuku ditolak satpam karena nyasar ke alamat kantor yang lama. Fyuh, padahal paketnya berisi buku yang udah gak sabar ingin dibaca. Tetapi, informasi dari kurir untuk proses mengganti alamat harus dikembalikan ke gudang, dan penerima harus konfirmasi ke gudang.
Membayangkan mas suami yang gak ada kendaraan di Jakarta harus mengurus satu paket yang nyasar rasa-rasanya gak tega. Akhirnya, ya sudah, biar aja gpp wes.
Tetapi kembali lagi, kalau sudah rezeki pasti akan sampai. Ternyata bukunya masih rezeki, Alhamdulillah, pak kurirnya mau bersusah-payah mengantar paket ke alamat yang baru—semoga Allah gantikan dengan kebaikan yang lebih-lebih baik untuk pak kurir.
Dua kejadian ini, seperti remeh tetapi ada hikmah yang berkesan dengan yang namanya rezeki. Kalau soal rezeki, Allah sudah mengatur sebaik-baiknya dengan segala ketidaksia-siaannya. Dan ranah manusia, ya berdoa, berusaha dan bersyukur. Besar kecilnya, ada tidaknya, bukan kuasa manusia. Dan, hal-hal seperti ini ketika diyakini bisa sangat membantu meringankan segala overthinking yang selalu menyusup ke benak dan isi kepala sayaaaah.
01.03.2024
Penulis : Sinta
Sumber Berita : https://www.facebook.com/share/RK9cy7a4t9bUNNyy/?mibextid=oFDknk










